Abaikan Kader, Keputusan PDIP Kecewakan Simpatisan PDIP

by -130 views

KUPANG – Keputusan politik DPP PDI Perjuangan yang telah menetapkan Marianus Sae-Emi Nomleni, memantik reaksi publik yang beragam. Ada yang mendukung, tapi mayoritas menolak keputusan yang mengabaikan kader tulen partai, yang sudah berdarah-darah membesarkan PDIP. Simaptisan PDIP pun merasa sangat kecewa dan menyatakan tidak mau bekerja untuk pasangan tersebut di Pilgub NTT 2018.

Minggu (17/12), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan pasangan Marianus Sae-Emi Nomleni untuk bertarung di Pilgub NTT 2018. Keputusan ini yang memantik protes dari sebagaian warga NTT terutama simpatisan PDIP.

Mereka kecewa karena DPP PDIP mengabaikan dan tidak mengakomodir kader tule partai sebagai calon gubernur.

Remigius A. Y Bria Seran, salah satu simpatisan PDIP di Kabupaten Malaka mengatakan, keputusan PDIP hanya menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat NTT karena mengabaikan sejumlah kader potensial PDIP.

“Saya rasa ini sebuah penghinaan kepada kami sebagai pencinta partai moncong putih. Partai yang kami kenal sebagai partai yang memperjuangkan rakyat kecil, tapi hari ini telah mengabaikan kader-kader partai yang susah payah dan berdarah-darah membesarkan PDIP,” kata Bria Seran kepada wartawan, Minggu (17/12/2017).

Menurut dia, ada sejumlah kader PDIP yang sangat layak diusung sebagai cagub. Sebut saja Kristo Blasin, Andre Hugo Pareira, Lucia Adinda Dua Nurak dan Raymundus Sau Fernadez.

Bria Seran mengatakan, penetapan PDIP yang mengabaikan kader telah melahirkan rasa takut untuk meniti karir di partai dari titik paling bawah. Bagi dia, tindakan PDIP itu hanya melahirkan pragmatisme politik karena untuk menjadi pemimpin tidak perlu berdarah-darah mengurus partai.

“Cukup cari duit saja sampai kita kaya baru berpartai untuk maju jadi pemimpin. Karena putusan PDIP hari ini tidak memberikan pembelajaran secara idelogis tapi sebuah pragmatisme politik semata,” kata Bria Seran.

Ia juga menegasman, keputusan DPP PDIP itu akan mendapat perlawanan luar biasa dari masyarakat yang mencintai PDIP sebagai partai orang kecil.

“Kami katakan siap melawan keputusan ini dengan mengkampanyekan untuk tidak memilih pasangan Marianus-Emy. Siapa itu Marianus, dia adalah Bupati Ngada yang dibesarkan oleh PDIP tapi kemudian balik lawan PDIP. Di Ngada dia mengkampanyekan untuk lawan PDIP, eh hari ini dia diakomodir oleh PDIP. Wahai orang DPP buka mata sekarang,” kecam Bria Seran.

Alfons Lette, simpatisan PDIP di Belu juga mengatakan hal senada. Bagi dia, keputusan tersebut tidak mencerminkan PDI Perjuangan sebagai partai kader. Malah lebih sebagai partai yang baru lahir kemarin karena mengabaikan kader potensial PDIP yang sudah susah payah berjuang untuk kebesaran partai.

Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan NTT, Dolvianus Kolo, menandaskan tidak akan tunduk dan taat pada Surat Keputusan (SK) DPP PDIP tentang penetapan Calon Gubernur NTT non kader dalam Pilgub NTT 2018.

“Partai ini lagi semangat-semangatnya menggelar kaderisasi tapi kenapa dalam hajatan demokrasi seperti ini bukan kader yang disodorkan. Ini bentuk pengangkangan terhadap partai kader sehingga saya tegas menolak untuk tunduk pada SK DPP itu,” tegasnya.

Dolvianus mengatakan, NTT ini adalah basis PDIP sehingga bila bukan kader yang ditetapkan maka pasti ada penolakan besar-besaran dari rakyat. “PDIP merupakan partai incumben di NTT sehingga bila bukan kader sendiri yang disodorkan maka pasti akan menuai kekalahan besar,” tegasnya.

Ia menambahkan, menolak wacana penetapan cagub non kader ini diibaratkan seperti fenomena gunung es, dimana satu yang muncul sementara ribuan konstituen masih berada dibawah permukaan laut. (*/jdz)