Pedagang Pada Desak Pasar TPI Lewoleba Ditutup

by -174 views

Lewoleba, mediantt.com – Polemik soal pasar di Kota Lewoleba kembali memanas. Pasalnya, dua pasar yang dibangun Bupati Lembata terdahulu mengecewakan masyarakat. Selain tempatnya berjauhan, juga karena bupati Yance Sunur melahirkan kebijakan menggunakan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) sebagai pasar senja, tapi akhirnya menjadi pasar harian yang beroperasi selama dua puluh empat jam.

Kekecewaan masyarakat pedagang dari Pasar Pada ini disampaikan dihadapan Ketua DPRD Lembata dan dua anggotanya dalam acara tatap muka yang digelar di bekas pasar terbakar di bilangan Bedikari Bawah, Kelurahan Lewoleba, pekan lalu.

Rudi, salah satu pedagang Pasar Pada saat itu mewakili semua penjual mengatakan, sehubungan dengan masalah pasar ini, pada 22 Maret lalu, dirinya bersama beberapa utusan sudah membawa surat pernyataan sikap ke DPRD dan Bupati Lembata. Namun, hanya karena tidak ada surat pengantar, maka pernyataan sikap yang hendak diserahkan kepada pemerintah dikembalikan.

“Kami kembali ke sini karena kami lapar. Di pasar Pada sepi pembeli sehingga kami kesulitan. Jangan kan untuk bayar pajak, untuk melunasi utang kami dan untuk makan saja kami tidak bisa bayar. Kami terus ditekan oleh Pol PP, tapi tidak ada solusi yang ditawarkan pemerintah kepada kami. Kalau kami ke TPI, tentu akan terjadi keributan dan mungkin bisa terjadi pertumpahan darah,” tandas Rudi.

Menurutnya, para pedagang di Pasar Pada akan kembali berjualan di pasar Pada bila pemerintah memberikan solusi dengan menutup pasar TPI.

Sementara itu, Ibu Siti, mewakili pedagang perempuan pasar Pada meminta harus ada solusi dari pemerintah. “Kami terpaksa ke sini karena kami lapar. Kami butuh keadilan. Kami tidak butuh megahnya bangunan, yang kami butuh barang kami laku,” tegasnya, disambut tepuk tangan teman-temannya.

“Pol PP terus melakukan tekanan kepada kami. Kami ini baru langgar lima menit saja kami sudah diambil tindakan, tapi pasar TPI yang melanggar bertahun-tahun dibiarkan saja. Kami minta agar DPRD jangan hanya tahu kesalahan masyarakat, namun juga harus bisa tahu kesalahan pemerintah. TPI itu pasar senja tapi sekarang jadi pasar 1 x 24 jam. Bupati bukan hanya milik masyarakat pasar TPI, tapi juga milik masyarakat Lembata,” tandas Ibu Siti.

Ia juga bertanya; pasar pemerintah yang mana? “Kami hanya mau tinggalkan tempat ini dan dengan sukarela kembali ke pasar Pada bila pemerintah mau kosongkan pasar TPI,” ujarnya.

Anggota DPRD Philipus Bediona menyatakan mengapresiasi dan memuji sikap masyarakat pedagang Pasar Pada tersebut. “Kalau tidak lagi dibicarakan dengan kata-kata, maka tindakan ini merupakan cara rakyat bicara kepada pemimpinnya,” ujarnya.

Koleganya, Servasius Suban, mengatakan, akan selalu bersama masyarakat dalam perjuangan mencari keadilan. “Saya minta agar para pedangang tidak meninggalkan lokasi eks pasar terbakar sampai pemerintah menemukan solusi,” katanya.

Ketua DPRD Ferdinand Koda dalam menjawabi permintaan pedagang pasar Pada itu menyatakan prihatin dengan kondisi itu. “Saya sudah hubungi pejabat-pejabat pemerintah yang berwenang namun mereka semua pada sibuk jadi tidak bisa hadir dalam acara tatap muka ini.Saya tidak mengatakan pemerintah tidak baik, namun urus pasar sampai hari ini saja belum ada kejelasan,” kritik Koda.

Ia mengatakan, apa yang sudah dilakukan masyarakat pedagang ini diteruskan, dan ia akan menyampaikan kepada pemerintah atau siapa pun untuk tidak menghalangi para pedagang. “Saya akan sampaikan bahwa pemerintah atau siapapun jangan halangi ini. Hanya Pol PP yang bisa datang gertak, tapi tidak ada satu pun pejabat yang berwennang mendekat,” katanya. (steni)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *