KUPANG – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merespons hasil kerja tim survei dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) 2006 – 2008, yang menunjukkan 29,5 – 31,3 persen remaja di NTT telah melakukan hubungan seks pranikah. Selain itu kurang lebih 60 persen remaja di Indonesia, yang telah berhubungan seks tidak menggunakan alat kontrasepsi. Akibatnya 5 persen dari 581 kasus HIV/AIDS di NTT terjadi pada remaja dan 39 per 100.000 remaja melahirkan pada usia 15 – 19 tahun.
Pemda NTT, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaa berupaya menekan jumlah remaja yang melakukan seks di di luar nikah dengan bekerja sama dengan lembaga nonprofit, OnTrack Media Indonesia (OTMI), untuk menyusun program bernama “Mari Kita Bicara”.
Program tersebut merupakan kerja sama pemerintah Australia dengan pemerintah RI, dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. “Mari Kita Bicara merupakan sebuah program peningkatan kesadaran remaja dan komunitas mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas, serta peningkatan ketrampilan pengasuhan guru dan orang tua yang dicetuskan oleh lembaga non-profit OTMI,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Sinun Petrus Manuk, Kupang, Senin, (23/3).
Petrus menyesalkan banyaknya siswa SMP yang menonton film dewasa, karenalemahnya pengawasan sekolah dan orang tua. “Ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pihak sekolah segera menertipkan siswa yang membawa handphone, laptop atau CD ke sekolah setiap hari untuk menghindari kasus yang memalukan itu,” tambah Petrus.
Direktur OnTrack Media Indonesia (OTMI), Imelda Theresia, mengatakan, pada survei OTMI, tim telah melakukan kegiatan focus group discussion (FGD) kepada para siswa, guru, dan orang tua.
“Kami temukan ada siswa yang memproduksi film dewasa untuk dilombakan dengan teman-teman lainnya,” kata Imelda.
Survei dilakukan di 16 sekolah yang tersebar di empat kabupaten, yakni Kabupaten Kupang, Belu, Manggarai dan Manggarai Barat. Jumlah responden mencaai 450 siswa. (sp/st)
